Rabu, 31 Juli 2013

Jatuh Pingsan Setelah Menatap Hantu Glundungpringis

Namaku Afandi, saat ini aku sudah berusia 45 tahun. Waktu itu, sekitar 35 tahun yang lalu saat aku masih duduk di bangku Sekolah Dasar, sore hari menjelang maghrib aku bersama 3 orang kawanku sedang bermain bola di sebuah tanah kosong di samping masjid.  Saat adzan maghrib dikumandangkan, permainan bola diakhiri.  Saat itulah kami bertemu hantu glundungpringis, kawanku yang bernama Yasin pingsan karena dialah yang memegang hantu glundungpringis itu dan menatapnya,  Berikut adalah cerita Jatuh Pingsan Setelah Menatap Hantu Glundungpringis itu.

Saat itu, sepulang sekolah sekitar jam setengah lima sore, kami berempat yaitu aku, Yasin, Umar dan Sodik bermain bola plastik di tanah kosong milik pak Haji Mustofa yang ada samping masjid sambil menunggu datangnya shalat maghrib.  Ya, kami hanya bisa bermain bola di tanah-tanah kosong, di kampung kami tidak ada lapangan bola.  


Selama permainan, tidak ada tanda-tanda keanehan apapun, hampir tiap sore kami bermain bola di samping masjid itu.  Saat itu sedang ada proyek pembangunan masjid sehingga di tanah kosong itu ada material bahan bangunan untuk pembangunan masjid, ada tumpukan batu bata dan gundukan pasir.  Tapi hal itu tidak menghalangi permainan kami.

Hari sudah sore, matahari sudah terbenam dan pengeras suara di masjid sudah mengumandangkan tarhim, berarti 10 menit lagi adzan maghrib dikumandangkan. Karena masih asyik, kami tidak segera mengakhiri permainan kami.

Saat adzan maghrib terdengar, aku menendang bola ke arah Yasin yang ada di dekat gundukan pasir.  Yasin tidak bisa menghadang bola tendanganku dan akhirnya bola melewati gundukan pasir itu.

“Sudah adzan Sin, ambil bolanya”, kataku kepada Yasin.

Yasinpun segera menyeberangi gundukan pasir itu untuk mengambil bola. Kami menunggu Yasin. Kami sangat kaget saat Yasin muncul dari balik gundukan pasir tidak membawa bola tetapi menenteng kepala orang.

“Sin, itu, itu, itu”, teriak Sodik sambil menunjuk ke kepala yang dibawa Yasin.

Mendengar teriakan Sodik, Yasin segera melihat dan memperhatijkan benda yang dibawanya, dan Yasin langsung  pingsan, dan hantu glundungpringis itu langusung menggelinidng kabur sambil tertawa “hi hi hi hi”.

“tolong, tolong”, kataku sambil lari menghampiri Yasin.  Beberapa orang yang mau shalat Jama’ah di masjid membantu kami membawa Yasin ke serambi masjid.

“ada apa?, kenapa Yasin tadi kok tiba-tiba pingsan?”, kata pak Soleh kepadaku.

Aku tidak bisa menjawab pertanyaan pak Soleh, mulutku seperti kaku.

“kamu ditanya diam saja, ini kenapa ?, ada apa?”, tanya pak Yasin kepada Sodik.

“Itu pak, anu”, kata Sodik gagap menjawab pak Soleh.

“anu anu, anu apaan?” kata pak Soleh, sementara pak Kahar telah berhasil membuat Yasin siuman.

“Tadi kamu kenapa Sin?” tanya pak Soleh kepada Yasin karena Yasin sudah siuman.

“Glundungpringis” kata Yasin lalu pingsan lagi.

Makin banyak bapak-bapak dan kawan-kawanku yang datang ke masjid, kami dikerubuti banyak orang, termasuk pak Sofyan, bapaknya Yasin. Pak Sofyan langsung mencoba menyadarkan Yasin dan Yasin sadar kembali.

“Sudah sana, ambil air wudlu dulu lalu shalat jama’ah, makanya kalau maghrib jangan main”, kata pak Sofyan kepada Yasin dan juga kepada kami.  Kami segera ambil air wudlu untuk ikut sholat jama’ah maghrib.

Usai shalat maghrib kami berempat tidak langsung pulang seperti biasanya, kami berempat hanya diam sambil duduk-duduk di serambi   Kami masih merasa ketakutan.

“Ayo pulang semua, makan lalu belajar. besok lagi mainnya”, kata pak Sofyan kepada kami, dan kamipun pulang bersama-sama karena rumah kami berdekatan.

Demikianlah cerita Jatuh Pingsan Setelah Menatap Hantu Glundungpringis ini, semoga dapat menghibur anda.



Senin, 22 Juli 2013

hantu penunggu jembatan benteng

pd sore it aq pergi mencari duren bersama tman2.
sebut saja nama ny aldi pandi dan rudi.
ah ah dr td kt nunggu d sni blum jg ad yg gugur. grutut pandi.
sabar cuy sbntr lg psti ad. jwb rudi.
mlm semakin larut.
aneh nya tk ad satu pun duren yg gugur.
jek kta tnggu sja lg y.?
pasti jtoh jwab ku.
bsok aj la kta cari pgi2 jawab rudi.
ok la kl gt jwb k.
km pun pulang dngn tngn kosong
ak blik dlu ya jwab rudi.
kmi pun melanjut kan perjlanan plng bersama. ak pun melht jam d hndvn ku,
wah ud jam 12 15.
sa't km ingn mlwti jmbtn bentng km brdo'a.
krn km ud tau ke angkern ny.
glp ny jwb pandi.
jex mngpa kaki ku brat skali d angkt jwb aldi. ah mngkn lo mkecapean jwb k.
g' tp in lain. jwb aldi.
mngp y hwa ny lain pkr k.
tb2 mt q terpelo2k sa't mlht so2k putih yg transparan mlntasi ujng jmbtn.
tp aldi dan pandi tdk mlht ny,
jex kt ngnep d rmah rudi aj y jwb q ?
tp kt ud sparuh jln jwb pandi.
y ud trsrh klian jwb k mrah.
pandi palng dpn tb2 mendadak berhenti.
ayo pan jwb aldi. lo kok pandi nypotin sndal smbl ber blk arah.

dari pandi

Minggu, 21 Juli 2013

Cerita Bertemu dan Berdialog dengan Panglima Tikus Hama Padi

Nama saya Taip, umur 58 tahun. Saya adalah seorang petani dan tinggal di sebuah desa kecil di daerah Gresik, Jawa Timur. Lima tahun yang lalu, saat menjelang musim panen padi, masyarakat di desa saya digegerkan dengan banyaknya tikus di sawah yang menghabiskan tanaman padi di sawah kami.  Saya hanya bisa berdo’a sebisa saya agar saya sekeluarga diberi rejeki oleh Tuhan dan tanaman padi saya tidak rusak oleh hama tikus. Suatu malam saya berdo’a sambil berjalan di pematang mengelilingi sawah saya.  Dalam perjalanan keliling sawah itu saya bertemu dengan tikus yang jumlahnya tak terhitung banyaknya, saya merinding saat itu, tapi saya tetap berjalan keliling sambil berdo’a.  Saat itulah saya bertemu dengan sosok berbadan manusia berkepala tikus dengan membawa tongkat, dia adalah panglima tikus hama padi, berikut adalah  Cerita Bertemu dan Berdialog dengan Panglima Tikus Hama Padi.



Waktu itu, tepat jam 12 tengah malam saya pergi ke sawah untuk berjalan mengelilingi sawah saya dan membaca do’a memohon kepada Tuhan agar tanaman padi saya dilindungi dan diselamatkan oleh Tuhan dari hama, khususnya hama tikus yang sedang mewabah. Dalam perjalanan keliling di pematang sawah, saya bertemu dengan tikus yang jumlahnya sangat banyak, saya sampai merinding dibuatnya, namun mereka sama sekali tidak mengganggu atau menghalangi jalan saya di pematang.  Namun, saat saya hampir selesai membaca do’a dan hampir sampai di tempat saya memulai membaca do’a yaitu di gubung sawah, saya dihadang seekor tikus yang cukup besar, lebih besar dibanding yang lain. Saya bisa melihat karena saat itu ada sinar rembulan yang menerangi. Tikus itu seperti sengaja menghadang saya, matanya tertuju ke mata saya dan saya menatap matanya.

Saat itu, setelah saya selesaikan bacaan do’a, secara spontan saya berkata kepada tikus itu “kalian kalau mau makan padi saya ya silakan, tapi jangan dihabiskan semua, saya sekeluarga juga butuh makan”, lalu tikus itu pergi dan bergabung dengan gerombolannya di pinggir pematang, dan saya berjalan menuju gubug untuk duduk beristirahat melepas lelah sambil merokok.

Saat saya duduk di gubug, tiba-tiba ada di hadapan saya satu makhluk seperti sosok tikus besar, berdiri seperti manusia tetapi berkepala tikus dan berekor, dia membawa benda seperti tongkat komando, tingginya kira-kira sepundak saya. Makhluk itu memandang saya dan mengucapkan salam “Assalamu’alaikum”, lalu saya jawab “wa’alaikum salam”. Kemudian makhluk itu berkata “saya Bainun, panglima yang ditugaskan memimpin pasukan tikus di sini, dan saya menghadap bapak untuk meminta maaf telah memakan dan merusak sebagian tanaman padi bapak”.

“ya, tidak apa-apa, saya maafkan, karena walalupun yang menanam padi itu saya tapi yang menumbuhkan adalah Tuhan, dan semua ini adalah milik Tuhan, jawab saya.
“terima kasih, dan sesuai dengan perintah yang saya terima, mulai saat ini kami tidak akan mengganggu sawah dan tanaman padi bapak”, kata makhluk Panglima pasukan tikus itu.

“baiklah, tapi kenapa sampai bisa pasukan tikus menyerang sawah dan tanaman padi di desa ini?”, tanya saya kepada Panglima pasukan tikus itu.

“kami hanyalah melaksanakan perintah karena masyarakat di kampung ini sudah lama tidak membayar zakat apalagi bersedekah jika telah panen”, jawab Bainun, Panglima pasukan tikus.

“Sampai kapan?”, tanya saya.

“sampai kami diperintahkan untuk kembali dan meninggalkan kampung ini, sampai kapan kami juga tidak tahu, tapi pasti akan berakhir”, jawab Bainun.
“siapa yang memerintahkanmu?”. Tanya saya lagi.

“Raja kami, dan raja kami mendapatkan perintah dari Yang Mahakuasa”, jawab Bainun.

“Saya kira cukup, saya mohon pamit, Assalamu’alaikum”, kata Bainun mengakhiri dialog lalu berbalik arah dan menghilang.  “Wa’alaikum salam”, jawab saya.
Sejak saat itu, Alhamdulillah tanaman padi saya tidak diganggu oleh tikus, sementara tanaman padi yang ada di sebelh petak sawah saya habis dimakan tikus.
Demikianlah Cerita Bertemu dan Berdialog dengan Panglima Tikus Hama Padi ini dan semoga dapat menghibur anda.


Selasa, 16 Juli 2013

Cerita Digoda Hantu Kuntilanak Genit

Cerita Digoda Hantu Kuntilanak Genit adalah sebuha cerita mistik yang saya angkat dari sebuah pengalaman (kisah nyata) yang dialami oleh Purnomo, salah seorang operator alat berat (buldozer) saat bermalam di sebuah lokasi proyek yang sedang dikerjakannya yaitu di daerah Kalimalang, Jakarta Timur.  Malam itu ia bersama Edi, seorang kawannya yang bertugas sebagai petugas keamanan proyekm sedang tidur di sebuah bedeng (rumah sementara buat bermalam para pekerja proyek) di pinggir Kalimalang. Saat ia tidur pulas, tiba-tiba ia terbangun karena merasa ada yang menarik atau melepaskan celananya, ternyata yang menarik atau yang mau melepaskan celananya adalah hantu kuntilanak. Berikut adalah Cerita Digoda Hantu Kuntilanak Genit itu.

Nama saya Purnomo, waktu malam itu sekitar dua tahun lalu, saya sedang mengerjakan pekerjaan meratakan tanah yang rencanananya mau dibuat jalan raya di pinggir Kalimalang. Sebagai operator alat berat, bekerja mengoperasikan buldozer sampai jam 23 malam sudah biasa saya lakukan.


Saat malam tiba, untuk menghemat biaya transport saya memang biasa menginap di bedeng dan pulang semingu sekali saat bekerja di proyek. Waktu itu sekitar jam 12 malam, setelah makan, minum dan merokok sebentar saya masuk bedeng untuk tidur agar esok harinya saya bisa bugar dan bisa bekerja kembali. Saya ditemani oleh kawan saya, Edi namanya. Dia bertugas sebagai petugas keamanan proyek.

Singkat cerita, saat sedang enak-enaknya tidur, saya merasa celana saya melorot, sambil merem saya naikkan lagi celana saya dan saya melanjutkan tidur.  Saya memang suka memakai celana kombor kalau lagi tidur. Beberapa saat kemudian saya merasa celana saya melorot lagi, saya naikkan lagi dan saya ganti posisi, saya tidur miring menghadap si Edi yang tidur di samping saya sambil kaki saya lipat, tidak selonjor.

Tidak berapa lama kemudian, saya merasakan celana saya ditarik sehingga kaki saya lurus dan celana saya seperti ada yang memelorotkan, lalu saya membuka mata lalu melihat ke arah kaki.  Saya kaget, ada wanita begaun putih berambut awut-awutan sedang menarik celana saya. Secara spontan sayapun langsung berteriak marah “kurang ajar, gangguin orang tidur aja”, lalu dia pergi melayang sambil tertawa cekikikan “hi hi hi” menuju dahan sebatang pohon rindang.

Teriakan saya memang cukup keras sehingga membagunkan si Edi dari tidurnya. “Ono opo pur”, kata si Edi dengan logat Suroboyoannya yang sangat kental.  “Aku digagguin Kunitilanak, orang lagi enak-enak tidur celanaku dipelorot”, jawab saya.

“Kamu ngarang aja, ngimpi kali kamu”, kata Si Edi.

“ya terserah kalau gak percaya, kamu tidur lagi aja, aku sudah tidak bisa tidur lagi gara-gara kuntilanak genit itu, aku ke warung kopi saja, mau ngopi dulu”, kata saya kepada Edi. Aku melihat jam tangan saya menunjukkan waktu pukul 03.00.

“enak saja kamu, aku ya ikut ngopi dong”, kata Edi. Lalu kami keluar bedeng menuju warung kopi yang tak jauh dari bedeng kami.  Di warung kopi kami bertemu beberapa tukang ojek yang biasa mangkal dekat warung kopi itu, ada satu yang telah kami kenal dekat yaitu bang Heri.

“sudah pada bangun?”, kata si heri kepada kami. “Ya bang, ini si Pur bangun katanya gara-gara digangguin kuntilanak”, jawab Edi.

“ya kalau di situ mah sudah biasa itu, kuntilanaknya suka iseng”, kata bang Heri.

“ah yang bener bang?”, tanya si Edi kepada bang Heri seperti ketakutan.

“iya, banyak orang yang digangguin di situ”, kata bang Heri dengan santainya.  “Emang si Pur digangguin gimana?”, lanjut bang Heri. Edi tidak menjawab tapi melihat ke saya, akhirnya saya yang menjawab “celana saya dipelorotin”, kata saya singkat.

“haha, itu berarti kuntilanakanya suka sama kamu Pur”, kata bang Heri.

“jadi bener bang ada kuntilanak di situ?”, tanya si Edi kepada bang Heri.

“ya benerlah, emang kenapa?, kamu takut?, gak usah takut” kata bang Heri kepada si Edi.

“kamu takut nggak?”, tanya Edi kepada saya.

“Nggak, itu sih biasa, waktu aku tugas di hutan Kalimantan lebih parah lagi, lebih banyak dan lebih mengerikan, tapi gak usah takut sama yang begituan, yang penting kita gak gangguin mereka, paling mereka cuma pingin kenalan aja”, jawab saya kepada Edi.
“kalian pada edan semua, masa sama hantu gak takut, ketemu hantu dibilang Cuma pingin kenalan, aku gak mau, nanti pagi-pagi jam 9 aku mau lapor ke Bos, aku gak mau lagi tugas malam di sini, aku mundur saja, emangnya gak ada kerjaan lain apa selain di sini, daripada di sini ketemu kuntilanak”, kata si Edi. Kamipun tertawa mendengar ocehan si Edi.

Demikianlah Cerita Digoda Hantu Kuntilanak Genit ini, semoga dapat menghibur anda.

Kamis, 11 Juli 2013

Cerita Pengalaman Mengkhitan Anak Hantu

Namaku Sidik Susanto, usiaku 73 tahun.  Aku tinggal di sebuah desa di Jombang, Jawa Timur. Dulu, pekerjaanku adalah sebagai “calak” atau juru khitan. Waktu itu belum banyak dokter seperti saat ini sehingga untuk khitan, masyarakat di desa masih menggunakan jasa calak atau juru khitan.  Pengalamanku sebagai juru khitan yang tak pernah aku lupakan adalah saat mengkhitan anak hantu.  Peristiwa itu terjadi sekitar tigapuluh dua tahun yang lalu, tepatnya tahun 1981 bulan Dzulhijjah.  Berikut ini adalah Cerita Pengalaman Mengkhitan Anak Hantu.

Saat itu, hari Senin, sekitar jam 8 malam, datanglah seorang lelaki ke rumahku.  Sebagai orang desa, tentu aku mengenal hampir semua warga desaku, namun lelaki itu aku baru kali itu melihatnya.  Usianya sekitar 30 tahunan.  Setelah aku persilakan masuk dan duduk, akupun bertanya siapa dia dan apa maksud kedatangannya.  Lalu dia mengutarakan maksud kedatangannya adalah untuk memintaku mengkhitan anaknya.


 “ya pak, nama saya Jupri. Saya dari kampung sebelah. Saya datang ke sini untuk minta tolong pak Sidik untuk mengkhitan anak saya besok malam Jum’at jam 11 Malam. Apa pak Sidik bisa?”, tanya Jupri kepadaku.

Aku terdiam sejenak untuk mengingat barangkali aku ada janji dengan orang lain pada malam Jum’at, setelah aku yakin aku tidak ada janji dengan orang lain, lalu aku menjawab “ya, Insyallah saya bisa”.  “Lalu siapa nama anaknya dan umur berapa?”, tanyaku kemudian.

“nama anak saya Sahlan, umurnya 8 tahun pak”, jawab Jupri,
“baiklah, malam Jum’at jam 11 malam saya akan ke rumah di Jupri.  Tapi dik Jupri tinggalnya dimana?”, kataku sambil bertanya kepadanya.
“Alhamdulillah, terimakasih kalau pak Sidik bersedia. Biar besok malam Jum’at saya jemput saja, biar tidak kesasar-sasar (tersesat) pak”, jawab Jupri.
“baiklah kalau begitu”, kataku.
“saya kira sudah cukup pak dan saya mohon pamit”, kata Jupri sambil menjabat tanganku sambil mengucapkan lalu berjalan keluar.  Aku menjawab salamnya dan mengantarkannya sampai pintu pagar lalu aku kembali masuk rumah.

Aku duduk kembali di kursi tamu, dan aku baru sadar bahwa ada sesuatu yang aneh. “Kok aneh, ada orang mengkhitankan anaknya tengah malam ya”, pikirku. “ah, biarkan sajalah, malam juga tidak apa-apa. Mungkin itu waktu yang dikasih oleh orang tua atau orang pintar atau menurut perhitungannya”, kataku dalam hati menepis keherananku.

Hari yang telah kami sepakati telah tiba. Jam 10 malam aku sudah siap melaksanakan tugasku, begitu pula dengan sepeda onthel kesayanganku siap mengantarkanku . Aku duduk di teras rumaku sambil merokok dan minum kopi untuk menunggu Jupri yang katanya mau menjemputku.  Akhirnya, tepat jam 10.30 malam Jupri datang menjemputku dengan menggunakan sepeda onthel.

Lalu aku berdiri dan mengambil sepeda onthel kesayanganku. Jupri dengan sepedanya berjalan duluan sebagai penunjuk jalan.  Tak berapa lama, aku sudah keluar dari gerbang desaku. Jupri belok kanan mengarah ke jalan raya, kemudian belok  kiri, aku mengikutinya saja, tapi rasa heran timbul di pikiranku, aku merasa aku melalui jalan yang belum pernah aku lalui, jalannya kecil, hanya cukup untuk bersimpangan dua sepeda, tapi jalannya bagus.  Di kiri dan kanan jalan itu berderat rumah yang diterangi lampu minyak dengan sinarnya yang temaram.

“kok aneh, ini jalan kemana ya, perasaan baru kali ini aku lewat jalan ini”, kataku dalam hati.

sesaat kemudian Jupri menghentikan sepeda onthelnya di depan sebuah rumah dengan pintu terbuka dan penerangan yang cukup karena menggunakan lampu petromax, lalu menuntun sepeda onthelnya memasuki halaman rumah itu dan memarkirnya di halaman rumah itu.  Akupun mengikutinya.

“Ini rumah saya, silakan masuk pak”, kata Jupri. Akupun mengikutinya masuk.  Rupanya di dalam ruang tamu sudah banyak orang yang menunggu kedatangan kami. Tak satupun dari mereka yang aku kenal.  Akupun memberi salam hormat kepada mereka.

Setelah basa-basi sebentar, aku mengikuti Jupri masuk kamar tempat anaknya yang mau dikhitan. Seorang anak usia 8 tahun tidur di atas meja telah siap dikhitan, dan aku melaksanakan tugasku sebagaimana biasanya.  Setelah selesai dan memberikan pesan-pesan kepada Jupri dan istrinya, akupun berpamitan. Saat bersalaman, Jupri memberiku selembar amplop sebagai upahku. Lalu aku pulang dengan diantar kembali oleh Jupri. Setelah sampai di rumah, karena malam sudah larut, aku segera membersihkan badan lalu tidur.

Pagi harinya, aku merasakan ada sesuatu yang aneh. Aku sama sekali belum pernah tahu jalan yang aku lalui semalam, padahal bersambungan dengan jalan utama desaku.  Untuk menghilangkan rasa penasaranku, akupun segera mengayuh sepeda onthelku mencari jalan yang semalam aku lalui. Aku yakin masih ingat. Aku sangat kaget saat tiba di tempat aku belok kiri, ternyata kebun pisang, dan di seberang kebun pisang itu adalah tempat pemakaman.

“berarti semalam aku mengkhitan anak hantu”, kataku dalam hati, lalu aku bergegas pulang dan membuka amplop yang diberi oleh Jupri, ternyata isinya adalah selembar daun bunga kamboja. “ya, berarti benar, semalam aku memang mengkhitan anak hantu”, kataku dalam hati.

“Yah, tidak apalah, mereka juga makhluk Allah yang menjalankan perntah-Nya untuk khitan. Semoga nanti anak itu menjadi anak shaleh”, kataku berdo’a dalam hati.

Demikianlah Cerita Pengalaman Mengkhitan Anak Hantu, terimakasih telah membacanya dan semoga dapat menghibur anda.

Selasa, 09 Juli 2013

Cerita Bertemu Hantu Pocong di Gedung Lawang Sewu Semarang

Namaku Supriyono. Waktu itu, sekitar sepuluh tahun yang lalu, aku dan dua orang kawanku, Yudha dan Eko sedang berwisata ke Lawang Sewu, sebuah gedung tua bersejarah di kota Semarang. Di sana, setelah kami mencari juru kuncinya, kami meminta ijin untuk masuk. Setelah diberi ijin, kami diantarkan memasuki gedung tua bersejarah itu. Saay masuk di pintu gerbang yang besar kami diberi beberapa nasehat serta pantangan.  Berikut adalah Cerita Bertemu Hantu Pocong di Gedung Lawang Sewu Semarang.

Saat kami melewati lorong, tiba-tiba aku merasa merinding, seakan ada yang mengikutiku dari belakang. Akupun menoleh ke belakang, dan ternyata benar, sosok hantu wanita mengikutiku. Akupun kembali meneruskan berjalan di lorong itu. Pandanganku menyasar ke sekeliling, ternyata ada satu tangan besar hitam berbulu lebat menutupi jendela. Ya, itu tangan hantu gondoruwo. Tapi aku diam saja, aku tidak berkomentar karena sesuai pesan juru kunci bahwa kami tidak boleh berisik dan tidak boleh berkomentar di dalam gedung ini.



Perjalanan kami lanjutkan ke loteng atau ruang atas. Nuansa mistis gedung ini kian terasa. Kami bertiga saling terdiam. Kami melihat hantu pocong dengan muka hancur tak karuan.  Kami segera turun, dan perjalanan kami lanjutkan ke ruang tengah. Setelah kami memasuki ruangan, aku melihat sebuah bayangan berkelebat menembus tembok,

Perjalanan kami lanjutkan ke ruang bawah tanah atau 'bungker', namun menurutku ruangan ini sebenarnya ini bukanlah bungker tetapi melainkan tempat penyimpanan atau persediaan air bersih pada jaman Belanda. Maka tak heran jika sampai saat ini bangunan Lawang Sewu tersebut terus tergenang air dan harus di pompa keluar agar air tidak membanjiri objek wisata utama di Lawang Sewu tersebut.

Saat pertama turun ke ruang bawah tanah tersebut, nuansa mistik sudah sangat terasa. Ruang tersebut pengap dan terdapat beberapa lampu temaram yg masih terlihat baru.  Konon, lampu-lampu temaram ini dipasang karena banyaknya orang yang kesurupan di tempat ini.
Saat memasuki ruangan ini, aku mendengar seperti ada suara banyak orang, tetapi tidak jelas orang banyak itu bicara apa. Pada saat kejadian ini, hanya aku yang mendengar, dua kawanku tak mendengar. Lalu kita semua bersama pemandunya segera naik ke atas dan meninggalkan ruang bawah tanah tersebut.

Lawang Sewu merupakan salah satu gedung bersejarah di Semarang, Jawa Tengah yang Dibangun pada tahun 1904 dan selesai pada tahun 1907. Masyarakat setempat menyebutnya Lawang Sewu (Seribu Pintu) dikarenakan bangunan tersebut memiliki pintu yang sangat banyak meskipun pada kenyataannya jumlah pintunya tidak meencapai seribu. Bangunan kuno yang terletak di Semarang Jawa Tengah ini, ternyata memiliki cerita misteri yang sangat menyeramkan. Pasalnya, banyak masyarakat yang melihat penampakan-penampakan di lawang sewu semarang seperti hantu pocong, kuntilanak serta berbagai hantu lainnya. Lawang Sewu terletak di bundaran Tugu Muda yang dahulu disebut Wilhelminaplein.

Bangunan utama Lawang Sewu berupa tiga lantai bangunan yang memiliki dua sayap membentang ke bagian kanan dan kiri bagian. Jika pengunjung memasukkan bangunan utama, mereka akan menemukan tangga besar ke lantai dua. Di antara tangga ada kaca besar menunjukkan gambar dua wanita muda Belanda yang terbuat dari gelas. Semua struktur bangunan, pintu dan jendela mengadaptasi gaya arsitektur Belanda.

Pada zaman pemerintahan kolonial Belanda, Lawang Sewu merupakan kantor dari Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) yaitu pusat perusahaan kereta api (trem). Gedung tiga lantai bergaya art deco (1850-1940) ini karya arsitek Belanda ternama, Prof Jacob F Klinkhamer dan BJ Queendag.

Terimakasih telah membaca Cerita Bertemu Hantu Pocong di Gedung Lawang Sewu Semarang ini, semoga dapat menghibur anda

Minggu, 07 Juli 2013

Kisah Pengalaman Pahit Hantu Kuntilanak

Suatu malam, hantu pocong sedang lewat di sebuah kebun yang rimbun dengan pepohonan besar dan tinggi. Kebun yang seakan tanpa pemilik karena tak terurus dan terkesan anngker itu memang menjadi tempat pertemuan para hantu, dari berbagai jenis mulai dari gondoruwo, kemamang, sundel bolong, glundungpringis, pocong, hingga kuntilanak. Tak sengaja hantu pocong melihat hantu kuntiilanak sedang duduk melamun di atas cabang bantang pohon yang rimbun. Hantu pocongpun menyapanya, tapi tak biasanya hantu kuntilanak hanya berdiam diri tanpa menyambut sapaan itu, dengan tawanya yang khas dan membuat berdiri bulukuduk manusia yang mendengarnya. Hantu pocongpun heran, lalu ia mendatangi hantu kuntilanak. Hantu Kuntilanak yang biasanya riang dan tertawa cekikikan itu memang kelihatan sedang murung.



“hai kuntilanak, tidak seperti biasanya kamu murung seperti itu, kamu menyendiri di sini, padahal kawan-kawan para hantu sudah berkumpul di pohon sana, ada apa?”, tanya hantu pocong.

“kamu tahu, besok bulan Ramadhan sudah tiba, para manusia itu berpuasa, bulan paling menyedihkan bagi para hantu sudah tiba, aku lagi bersedih hati. Apa kamu tidak sedih dengan datangnya bulan Ramadhan ini ?”, jawab hantu kuntilanak.

“kalau dibilang sedih, ya semua bangsa hantu sedih. Tapi ini kan bukan sekali ini, sudah bertahun-tahun kita lewati.  Dan ini hanya satu bulan dalam satu tahun, kan sudah biasa kita lalui”, jawab hantu pocong.

“memang hanya satu bulan, tetapi aku sangat sedih, aku tidak bisa mengganggu dan bermain dengan anak-anak kecil lagi di bulan ini.  Kamu tahu, kebahagiaanku satu-satunya di dunia ini adalah bisa menggendong anak-anak manusia itu, walalupun hany sekejap.  Sementara di bulan Ramadhan ini, sebulan penuh aku tidak akan bisa menyentuh mereka, mereka selalu dijaga. Di setiap rumah dan masjid selalu ada orang mengaji”, kata kuntilanak.

“bulan Ramadhan tahun lalu aku sangat tidak tahan untuk menggendong anak manusia, aku paksakan mengganggu dan mengambil anak manusia yang sedang sendirian di suatu kamar, ditinggal ibunya berbuka puasa di ruang makan. Aku mau ambil dan mau aku gendong anak itu, tapi anak itu tahu lalu menjerit.  Lalu ibunya datang menghampirinya, dan aku terkena hawa panas ibunya.  Tubuhku serasa terbakar, dan akupun segera pergi  sambil kesakitan”, jelas kuntilanak.

“rasa panas itu sampai hari ini masih terasa, aku sangat tidak bisa melupakannya. Aku tidak tahu, kenapa orang yang berpuasa, yang hanya tidak makan dan tidak minum seharian saja, hawanya terasa begitu panas bagiku, seakan membakar tubuhku ini?”, tutur kuntilanak.

“itu kan sudah lama diperingatkan oleh ketua kita, jangan ganggu manusia yang sedang berpuasa, kamunya saja yang nekad”, kata hantu pocong.

“aku sangat tidak tahan jika tidak menggendong anak manusia sehari saja, apalagi harus sebulan?, maka itu, bulan Ramadhan tahun lalu aku memaksakan diri untuk menggoda dan menggendong anak manusia, tapi aku gagal”, kata kuntilanak sambil terisak.

“sudahlah, jangan sedih, sementara kan kamu masih bisa menggendong tuyul atau hantu anak-anak, hanya sebulan saja kok”, hibur hantu pocong,

“kamu sembarangan, aku ini kuntilanak, kerjaanku adalah menggoda dan mengambil anak manusia, bukan menggoda tuyul atau anak hantu, sudah pergi sana”, kata kuntilanak marah sambil mengusir hantu pocong.

“kamu begitu saja marah, aku kan mau mencarikan solusi buat kamu di bulan Ramadhan nanti, kok malah marah sama aku”, kata hantu pocong.

“sok pintar kamu, kalau kamu pintar, kamu tidak jadi hantu pocong, tapi jadi manusia”, kata kuntilanak.

“ya sama juga, kalau kamu memang lebih pintar dari aku, mestinya kamu juga tidak jadi kuntilanak, tapi jadi manusia juga”, kata hantu pocong sambil pergi dari hadapan hantu kuntilanak menuju tempat pertemuan para hantu.

“hmm, benar juga apa kata si pocong itu, kalau aku pintar ya mestinya aku jadi manusia. Berarti aku juga bodoh sama seperti si pocong itu”, kata kuntilanak sambil melayang di udara, melompat dari cabang pohon yang satu ke cabang pohon yang lain menuju tempat pertemuan para hantu.


Demikianlah Kisah Pengalaman Pahit Hantu Kuntilanak, terimakasih telah membacanya.



Sabtu, 06 Juli 2013

Hantu Tanpa Kepala

 Kejadian ini sebetulny udah lama banget terjadi. Tp aku dan ibuku masih terkenang" saja sampai sekarang.

Berawal ketika ibu yg sebagai guru SD di pindah tugaskan di sekolah daerah pegunungan dan terpencil. Awalnya aku menyukai tempat itu. Ditengah desa ada pabrik kopi yg lumayan besar.

Di daerah itu kami disuruh menempati rumah dinas yg ada di belakang sekolah. Karena daerah pegunungan maka jalan" desanya ya tentu naik turun. Termasuk rumah yg kami tempati lokasinya jg agak tinggi dari jalan.

Singkat cerita ini malam ketiga sejak kepindahan kami menempati rumah itu. Setiap malam datang desa itu begitu sepi. Lampu" menyala jg kalau menjelang magrib. Remang" dan tak terlalu terang. Ibu bilang selalu takut kalau malam" pengen pipis. Karena kamar mandi ada diluar dibelakang rumah. Tp karena malam itu ibu bener" pengen pipis ga bs ditahan, ibu pipis didpn rumah. Tp tb" ada orang jalan di depannya pas dilihat teryata laki" yg jalan pakai kaos oblong putih itu tak berkepala. Kontan sj ibu lari terbirit" .

oleh: Titiya Mahayantie dari madiun

Rabu, 03 Juli 2013

Cerita Dua Malam Bermimpi Dikejar Harimau

Namaku Ridwan, saat ini usiaku 51 tahun dan aku tinggal di Malang, Jawa Timur. Melalui Cerita Mistik ini aku ingin berbagi cerita tentang kejadian yang aku alami sekitar duapuluh tahun yang lalu. Saat itu, dua malam berturut-turut setiap malam aku selalu bermimpi dikejar-kejar oleh harimau.  Setiap hari aku gelisah dan selalu takut saat malam tiba.  Berbagai amalan dan do’a yang telah aku pelajari selalu aku baca setiap kali aku menjelang tidur, namun harimau itu masih tetap selalu mengejar dan hendak menerkamku. Awalnya aku tidak tahu kenapa bisa terjadi, tapi setelah aku merenung, ternyata peristiwa mimpi itu terjadi setelah aku menemukan sebuah batu akik di bawah sebuah pohon tua yang ada di kebunku.  Berikut ini adalah cerita Dua Malam Bermimpi Dikejar Harimau.

Duapuluh tahun yang lalu, saat itu hari Kamis pas menjelang maghrib, aku baru saja selesai menyirami tanaman labu yang aku tanam. Karena kecapean, aku tidak segera berkemasa dan pulang tetapi aku duduk di bawah pohon tua, pohon Asam Jawa untuk melepas lelah sambil merekok.


Tidak sengaja pandanganku tertuju pada sebuah benda bulat hitam yang ada di depanku, lalu aku tergerak untuk memungutnya.  Ternyata benda itu adalah sebuah batu akik. Aku bersihkan lalu aku masukkan ke dalam kantong bajuku. Setelah selesai menghisap sebatang rokok, akupun berkemas dan pulang karena matahari sudah mulai terbenam dan suara tarhim terdengar dari pengeras suara di masjid kampungku.

Singkat cerita, malam hari itu, aku tidur agak awal dari biasanya karena kelelahan sehari bekerja di kebun.  Sekitar jam 8 malam sehabis shalat isya’ rasa kantuk sudah tak tertahankan, akupun segera tertidur.  Saat itulah pertama kali aku bermimpi dikejar harimau.

Dalam mimpi itu, aku seakan berada di suatu tempat yang tidak aku kenal, seperti berdiri di tengah sebuah hutan.  Lalu datang seekor harimau besar di hadapanku seakan mau menerkamku. Akupun berbalik dan segera lari sekencang-kencangnya sambil berteriak minta tolong.  Ternyata aku memang berteriak dalam tidurku, teriakanku minta tolong terdengar oleh anak dan istriku yang saat itu sedang bercengkerama di ruang tengah. Mereka segera memasuki kamar dan istriku membangunkanku. “pak, bangun pak”, terdengar olehku suara istriku membangunkanku sambil memggoyangkan tubuhku. Akupun segera bangun dengan nafas tersengal seperti orang sehabis lari. “ada apa pak, lagi mimpi ya, mimpi apa kok teriak-teriak minta tolong?”, tanya istriku. “aku mimpi dikejar harimau”, jawabku. “bapak tidur gak berdo’a dulu kali, nih minum dulu”,  kata istriku sambil menyodorkan segelas air putih yang memang selalu tersedia di meja kamar.

Setelah minum, aku agak tenang, aku melihat jam dinding, baru jam 20.30. Ternyata aku baru tidur sebentar, tapi aku tidak ngantuk lagi.  Terus terang saat itu aku gelisah, bayangan harimau yang mau menerkamku masih terbayang.

Karena merasa tidak ngantuk, aku ke ruang depan dan duduk di kursi tamu sambil membaca buku, tak terasa aku tertidur sampai adzan subuh di kursi tamu.
Siang hari aku jalani seperti biasa, berkebun. Dan malampun tiba, aku tidak merasakan keanehan apapun. Malam ini aku tidur agak larut, jam 12 malam.  Saat tidur itulah, mimpi seperti malam sebelumnya terjadi lagi, sama persis, aku seakan berada di sebuah hutan lalu datang seekor harimau besar mau menerkamku, dan akupun berlari sambil berteriak minta tolong.  Teriakanku terdengar oleh istriku yang sedang tertidur pulas di sampingku.  Istriku segera membangunkanku lalu menenangkanku.
“Mimpi apalagi to pak?”, tanya istriku. “aku mimpi seperti kemarin lagi, aku seperti berada di hutan lalu didatangi harimau. Harimau itu mau menerkamku, lalu aku lari sambil berteriak minta tolong”, jawabku.  Aku melihat jam dinding, waktu menunjukkan pukul 00.30, berarti aku baru terlelap setengah jam, sama seperti malam sebelumnya.

“ya sudah, malam ini kita jangan tidur, besok pagi kita ke rumah pak Haji Saman menanyakan hal ini”, kata  istriku.
“kamu tidur saja, biar aku tidur sambil duduk di ruang depan, semalam aku tertidur saat duduk juga tidak terjadi apa-apa kok”, kataku menenangkan istriku. “ya sudah, kalau begitu aku juga tidur di ruang depan saja”, jawabnya.  Lalu kami ke ruang depan, aku duduk di kursi sementara istriku menggelar tikar untuk tidur.

Keesokan harinya kami ke rumah pak haji Saman, tidak jauh, hanya berjarak 10 rumah dari rumahku. Sampai di rumah pak haji Saman, kami mengucapkan salam dan kami disambut oleh pak Haji Saman sendiri.

“Assalamu’alaikum”, salam kami kepada penghuni rumah pak haji Saman. “wa’alaikum salam, ayo masuk, tumben pagi-pagi kesini, ada yang bisa saya bantu?”, sambut pak haji Saman ramah.

Lalu aku menceritakan apa yang  aku alami. Lalu pak haji Saman diam sejenak, seperti bertafakkur, lalu berkata “kemarin lusa kamu menemukan sesuatu ya, ya kembalikan saja ke tempat semula, itu tidak baik kamu simpan. Insyaallah tidak terjadi apa-apa lagi”. Akupun menjawab “benar pak haji, baiklah kalau begitu, saya segera mengembalikannya”, lalu kami berpamitan.

Sesampai di rumah, aku segera mengambil batu akik yang aku temukan kemarin lusa, lalu aku bawa ke kebun dan aku kembalikan ke tempat semula.  Sejak itu aku tidak pernah lagi bermimpi mau diterkam dan dikejar harimau lagi.